13. Rambut pada populasi tikus dipengaruhi oleh alel epistasis-hipostasis resesif. Apabila tikus abu-abu (AaCc) disilangkan dengan tikus albino (aacc), maka keturunan yang akan dihasilkan adalah .... 50% abu-abu dan 50% hitam b. 50% abu-abu dan 50% albino 25% abu-abu, 25% hitam, dan 50% albino d. 50% abu-abu, 25% hitam, dan 25% albino 25% abu-abu, 50% hitam, dan 25% albino a. C. e. 

Sebelumnya teman-teman sudah tau kan tentang pewarisan Hukum Mendel. Nah sekarang kita mempelajari penyimpangan semu Hukum Mendel. Kalian mungkin bertanya-tanya mengapa ada penyimpangan Hukum Mendel. Apakah artinya Hukum Mendel salah? Ternyata tidak semua pola pewarisan sifat makhluk hidup mengikuti perbandingan yang dicetuskan oleh Mendel. Penyimpangan semu pada Hukum Mendel terjadi karena adanya interaksi antar alel dan interaksi genetik. Salah satu bentuk interaksi yang menghasilkan penyimpangan semu hukum Mendel adalah epistasis-hipostasis. Pada soal di atas yang ditanyakan adalah hasil persilangan tikus abu-abu (AaCc) dengan tikus albino (aacc) yang dipengaruhi oleh alel epistasis-hipostasis, oleh karena itu kita akan membahas soal ini dengan konsep Penyimpangan Semu Hukum Mendel.

Identifikasi Konsep

Hasil-hasil persilangan seperti yang dilakukan oleh Mendel, ternyata tidak semuanya berlaku untuk persilangan makhluk hidup lainnya. Pada persilangan monohibrid dihasilkan perbandingan fenotip F2 sebesar 3 : 1 dan pada persilangan dihibrid sebesar 9 : 3 : 3 : 1. Pada kenyataannya ketika dilakukan penyilangan, terkadang ditemukan penyimpangan yang menghasilkan perbandingan fenotip F2 yang tidak sama dengan hukum Mendel. Misalnya pada suatu persilangan diperoleh hasil keturunan F2 dengan perbandingan 9:7 atau 9:3:4. Penyimpangan yang terjadi seperti itu disebut sebagai penyimpangan semu dari temuan Mendel. Sebenarnya hukum mendel masih berlaku dalam pola pewarisan tersebut, hanya terdapat sedikit kelainan akibat sifat gen-gen yang unik. Perbandingan 9:7 merupakan perbandingan 9:(3+3+1), dan perbandingan 9:3:4 merupakan perbandingan 9:3:(3+1). 

Salah satu bentuk penyimpangan semu hukum mendel adalah epistasis-hipostasis. Epistasis dan hipostasis adalah salah satu bentuk interaksi antara gen dominan yang mengalahkan gen dominan lainnya. Epistasis berarti menutupi dan hipostasis berarti tertutupi. Pada peristiwa epistasis, gen yang bersifat epistasis tidak akan menutupi gen yang menjadi pasangannya, tetapi akan menutupi gen lain yang bukan pasangannya. Peristiwa epistasis dibedakan menjadi epistasis dominan dan epistasis resesif.

Peristiwa epistasis-hipostasis dapat ditemukan pada pembentukan warna rambut tikus. Warna abu-abu pada rambut tikus disebabkan oleh adanya gen A dan C bersama, sedangkan warna hitam disebabkan oleh aa dan C. Apabila terdapat gen cc, akan dihasilkan warna albino. Perhatikan tabel berikut.
<img src="https://storage.pahamify.com/DoubtSolving/production/CourseId-12/ChapId-119/LessonId-383/ModuleId-2/QuestionCode-21G3ISFY3V4/Gambar 37.png" />
Pada tabel di atas, gen A mengendalikan sifat warna bulu abu-abu, gen C mengendalikan sifat warna bulu krem, sedangkan gen cc mengendalikan sifat warna bulu albino. Ketika gen cc bertemu gen A atau a menghasilkan sifat warna bulu albino berarti gen cc mampu menutupi gen A. Gen cc bersifat epistasis terhadap gen A dan a, sedangkan gen A dan a bersifat hipostasis.

Pada soal di atas menanyakan peluang dihasilkan keturunan tikus dari persilangan tikus abu-abu (AaCc) dengan tikus albino (aacc)
<img src="https://storage.pahamify.com/DoubtSolving/production/CourseId-12/ChapId-119/LessonId-383/ModuleId-2/QuestionCode-21G3ISFY3V4/Gambar 38.png" />

<img src="https://storage.pahamify.com/DoubtSolving/production/CourseId-12/ChapId-119/LessonId-383/ModuleId-2/QuestionCode-21G3ISFY3V4/awal.png" />

Pembahasan Identifikasi Masalah dan Solusi

Jadi, berdasarkan penjelasan di atas hasil persilangan tikus abu-abu (AaCc) dengan tikus albino (aacc) yang dipengaruhi oleh alel epistasis-hipostasis adalah 25% abu-abu : 25% hitam : 50% albino, yaitu yang C.