Pembahasan Laju Reaksi
Identifikasi Konsep
Pada soal diberikan dua pernyataan sebab akibat tentang pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Kita diminta untuk menentukan pernyataan tersebut benar atau salah, sehingga untuk menjawab soal ini kita gunakan konsep faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Pembahasan Identifikasi Masalah dan Solusi
Pernahkah kamu melarutkan gula pasir dalam air dingin dan air panas? Manakah yang lebih cepat? Umumnya dalam air panas, gula pasir akan lebih cepat larut dibandingkan dalam air dingin. Nah, dari sini kita jadi tahu cara yang lebih efektif untuk melarutkan gula. Hal yang sama juga terjadi pada reaksi kimia lho. Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada yang lambat. Biasanya kecepatan reaksi kimia itu dikenal dengan istilah laju reaksi. Jadi, apa itu laju reaksi?
Laju reaksi bisa diartikan sebagai perubahan konsentrasi suatu zat tiap satuan waktu. Tentunya kita sudah tahu ya bahwa dalam reaksi kimia ada yang disebut sebagai pereaksi (zat-zat yang bereaksi) di sebelah kiri panah dan ada produk (zat-zat hasil reaksi) di sebelah kanan panah. Nah, jadi kalau laju reaksi ditinjau dari pereaksi, dapat dikatakan sebagai berkurangnya konsentrasi pereaksi tiap satuan waktu karena semakin lama zat-zat pereaksi terus bereaksi sehingga jumlahnya akan berkurang. Begitu juga sebaliknya, kalau kita mengartikan laju reaksi dari produk maka bisa dikatakan sebagai bertambahnya konsentrasi produk tiap satuan waktu. Hal ini tentunya karena semakin lama zat-zat yang bereaksi akan berubah menjadi produk. Supaya lebih praktis, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
KaTeX can only parse string typed expression
dengan:
v = laju reaksi (M/s)
∆M = perubahan konsentrasi (M)
∆t = perubahan waktu (s)
Reaksi kimia bisa terjadi kalau partikel-partikel pereaksinya saling bertumbukan. Tentunya tumbukan yang efektif saja yang bisa menghasilkan reaksi. Tumbukan yang efektif bisa terjadi kalau partikel-partikel pereaksinya memiliki energi yang cukup untuk bereaksi serta orientasi partikel yang tepat untuk memutuskan ikatan pada partikel pereaksi agar terbentuk ikatan yang baru (produk). Disini ada teori yang membahas proses terjadinya reaksi berdasarkan tumbukan partikel yang disebut dengan teori kompleks teraktivasi. Coba yuk kita pahami penjelasan sederhananya berikut ini:
Suatu reaksi diawali dengan tumbukan yang terjadi antarpartikel pereaksi yang kemudian akan membentuk kompleks teraktivasi pada keadaan transisi (keadaan dimana kompleks teraktivasi berada dalam kesetimbangan dengan pereaksi dan produk yang akan terbentuk). Senyawa kompleks teraktivasi ini kondisinya sangat tidak stabil dan segera akan berubah menjadi produk jika dapat melewati energi aktivasi (Ea). Tapi jika tidak punya energi cukup untuk melewati Ea, maka kompleks teraktivasi bisa kembali menjadi pereaksi. Nah sebelum kita bahas lebih lanjut, kita perlu pahami energi aktivasinya dulu. Energi aktivasi itu adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh pereaksi supaya bisa bereaksi membentuk kompleks teraktivasi yang kemudian segera berubah menjadi produk. Agar pereaksi bisa berubah menjadi kompleks teraktivasi maka partikel-partikel pereaksi yang bertumbukan harus punya energi yang sama besar atau melebihi energi aktivasinya (Ea).
Kita tahu bahwa suatu reaksi hanya akan terjadi jika partikel pereaksi memiliki energi cukup untuk melampaui Ea nya. Dengan demikian, laju reaksi itu bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga partikel-partikel pereaksi yang bertumbukan dapat memiliki tingkat energi tertentu. Beberapa faktor tersebut diantaranya:
1) Konsentrasi pereaksi
Semakin besar konsentrasi pereaksi artinya jumlah partikel pereaksi semakin banyak sehingga memungkinkan terjadinya tumbukan antarpartikel yang lebih banyak dengan energi cukup untuk bereaksi maka laju reaksinya akan semakin cepat.
2) Luas permukaan bidang sentuh
Jika ukuran partikel pereaksi besar maka luas permukaan bidang sentuhnya sedikit sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan pun sedikit. Sebaliknya, jika ukuran partikel pereaksi semakin kecil, artinya luas permukaan bidang sentuh dari partikel tersebut semakin banyak, sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan dengan energi cukup semakin banyak. Dengan demikian laju reaksi akan semakin cepat.
3) Suhu
Semakin tinggi suhu yang digunakan dalam reaksi, maka energi kinetik dari partikel-partikel pereaksi akan semakin besar. Akibatnya, kemungkinan tumbukan efektif antarpartikel pereaksi akan semakin banyak, sehingga laju reaksi menjadi lebih cepat.
4) Katalis
Reaksi dapat terjadi jika partikel pereaksi memiliki energi yang cukup untuk melampaui energi aktivasinya (Ea). Partikel-partikel pereaksi yang bertumbukan efektif akan segera berubah menjadi kompleks teraktivasi pada kondisi transisi. Jika energi partikel pereaksi lebih rendah daripada Ea maka kompleks teraktivasi dapat kembali menjadi pereaksi. Tetapi, jika energinya sama atau lebih besar maka kompleks teraktivasi akan segera berubah menjadi produk, mengingat kondisi senyawa kompleks teraktivasi ini sangat tidak stabil. Jika Ea besar, maka reaksi dapat berjalan lebih lama karena partikel pereaksi harus melewati energi yang besar tersebut. Karenanya kita perlu jalan reaksi lain yang punya Ea lebih kecil. Untuk mendapat jalan alternatif lain, maka dalam reaksi dibutuhkan yang namanya katalis. Jadi, katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dengan cara mencari jalan alternatif reaksi yang punya Ea lebih kecil. Yang perlu dipahami adalah pada akhir reaksi katalis akan didapatkan kembali. Pengaruh katalis bisa kita lihat pada gambar berikut:

Sumber: https://www.kokim.konsep-matematika.com/2016/11/pengaruh-katalis-pada-laju-reaksi.html
Supaya katalis bisa digunakan dengan tepat, yuk kita kenali dulu beberapa sifat dari katalis:
Laju reaksi bisa diartikan sebagai perubahan konsentrasi suatu zat tiap satuan waktu. Tentunya kita sudah tahu ya bahwa dalam reaksi kimia ada yang disebut sebagai pereaksi (zat-zat yang bereaksi) di sebelah kiri panah dan ada produk (zat-zat hasil reaksi) di sebelah kanan panah. Nah, jadi kalau laju reaksi ditinjau dari pereaksi, dapat dikatakan sebagai berkurangnya konsentrasi pereaksi tiap satuan waktu karena semakin lama zat-zat pereaksi terus bereaksi sehingga jumlahnya akan berkurang. Begitu juga sebaliknya, kalau kita mengartikan laju reaksi dari produk maka bisa dikatakan sebagai bertambahnya konsentrasi produk tiap satuan waktu. Hal ini tentunya karena semakin lama zat-zat yang bereaksi akan berubah menjadi produk. Supaya lebih praktis, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
KaTeX can only parse string typed expression
dengan:
v = laju reaksi (M/s)
∆M = perubahan konsentrasi (M)
∆t = perubahan waktu (s)
Reaksi kimia bisa terjadi kalau partikel-partikel pereaksinya saling bertumbukan. Tentunya tumbukan yang efektif saja yang bisa menghasilkan reaksi. Tumbukan yang efektif bisa terjadi kalau partikel-partikel pereaksinya memiliki energi yang cukup untuk bereaksi serta orientasi partikel yang tepat untuk memutuskan ikatan pada partikel pereaksi agar terbentuk ikatan yang baru (produk). Disini ada teori yang membahas proses terjadinya reaksi berdasarkan tumbukan partikel yang disebut dengan teori kompleks teraktivasi. Coba yuk kita pahami penjelasan sederhananya berikut ini:
Suatu reaksi diawali dengan tumbukan yang terjadi antarpartikel pereaksi yang kemudian akan membentuk kompleks teraktivasi pada keadaan transisi (keadaan dimana kompleks teraktivasi berada dalam kesetimbangan dengan pereaksi dan produk yang akan terbentuk). Senyawa kompleks teraktivasi ini kondisinya sangat tidak stabil dan segera akan berubah menjadi produk jika dapat melewati energi aktivasi (Ea). Tapi jika tidak punya energi cukup untuk melewati Ea, maka kompleks teraktivasi bisa kembali menjadi pereaksi. Nah sebelum kita bahas lebih lanjut, kita perlu pahami energi aktivasinya dulu. Energi aktivasi itu adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh pereaksi supaya bisa bereaksi membentuk kompleks teraktivasi yang kemudian segera berubah menjadi produk. Agar pereaksi bisa berubah menjadi kompleks teraktivasi maka partikel-partikel pereaksi yang bertumbukan harus punya energi yang sama besar atau melebihi energi aktivasinya (Ea).
Kita tahu bahwa suatu reaksi hanya akan terjadi jika partikel pereaksi memiliki energi cukup untuk melampaui Ea nya. Dengan demikian, laju reaksi itu bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga partikel-partikel pereaksi yang bertumbukan dapat memiliki tingkat energi tertentu. Beberapa faktor tersebut diantaranya:
1) Konsentrasi pereaksi
Semakin besar konsentrasi pereaksi artinya jumlah partikel pereaksi semakin banyak sehingga memungkinkan terjadinya tumbukan antarpartikel yang lebih banyak dengan energi cukup untuk bereaksi maka laju reaksinya akan semakin cepat.
2) Luas permukaan bidang sentuh
Jika ukuran partikel pereaksi besar maka luas permukaan bidang sentuhnya sedikit sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan pun sedikit. Sebaliknya, jika ukuran partikel pereaksi semakin kecil, artinya luas permukaan bidang sentuh dari partikel tersebut semakin banyak, sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan dengan energi cukup semakin banyak. Dengan demikian laju reaksi akan semakin cepat.
3) Suhu
Semakin tinggi suhu yang digunakan dalam reaksi, maka energi kinetik dari partikel-partikel pereaksi akan semakin besar. Akibatnya, kemungkinan tumbukan efektif antarpartikel pereaksi akan semakin banyak, sehingga laju reaksi menjadi lebih cepat.
4) Katalis
Reaksi dapat terjadi jika partikel pereaksi memiliki energi yang cukup untuk melampaui energi aktivasinya (Ea). Partikel-partikel pereaksi yang bertumbukan efektif akan segera berubah menjadi kompleks teraktivasi pada kondisi transisi. Jika energi partikel pereaksi lebih rendah daripada Ea maka kompleks teraktivasi dapat kembali menjadi pereaksi. Tetapi, jika energinya sama atau lebih besar maka kompleks teraktivasi akan segera berubah menjadi produk, mengingat kondisi senyawa kompleks teraktivasi ini sangat tidak stabil. Jika Ea besar, maka reaksi dapat berjalan lebih lama karena partikel pereaksi harus melewati energi yang besar tersebut. Karenanya kita perlu jalan reaksi lain yang punya Ea lebih kecil. Untuk mendapat jalan alternatif lain, maka dalam reaksi dibutuhkan yang namanya katalis. Jadi, katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dengan cara mencari jalan alternatif reaksi yang punya Ea lebih kecil. Yang perlu dipahami adalah pada akhir reaksi katalis akan didapatkan kembali. Pengaruh katalis bisa kita lihat pada gambar berikut:

Sumber: https://www.kokim.konsep-matematika.com/2016/11/pengaruh-katalis-pada-laju-reaksi.html
Supaya katalis bisa digunakan dengan tepat, yuk kita kenali dulu beberapa sifat dari katalis:
- Katalis tidak mengalami perubahan secara permanen meskipun terlibat dalam reaksi, sehingga di akhir reaksi akan didapatkan kembali.
- Katalis tidak mengubah jenis dan jumlah zat hasil reaksi
- Katalis tidak mengubah besarnya perubahan entalpi reaksi
- Katalis mengubah mekanisme reaksi yang energi aktivasinya lebih rendah
- Katalis bekerja spesifik pada reaksi tertentu
- Katalis hanya diperlukan dalam jumlah terbatas/seefisien mungkin
- Katalis dapat diracuni pada sisi aktifnya sehingga mengalami deaktivasi
- Katalis dapat dideaktivasi/dibius baik secara permanen maupun sementara, salah satu penyebab deaktivasi katalis adalah sisi aktif katalis yang terracuni
- Katalis bekerja pada suhu optimal artinya tidak boleh lebih rendah atau lebih tinggi suhunya.
Untuk menjawab soal ini mari kita analisis kedua pernyataan tersebut:
1) peningkatan jumlah katalis dalam suatu reaksi selalu menyebabkan kecepatan suatu reaksi bertambah (pernyataan ini salah, karena penggunaan katalis dalam suatu reaksi adalah terbatas. Artinya, tidak selalu penambahan katalis akan menyebabkan reaksinya menjadi lebih cepat).
2) katalis dapat meningkatkan energi pengaktifan dari reaksi yang dikatalisis (pernyataan ini salah, karena adanya katalis justru untuk mencari mekanisme reaksi dengan energi pengaktifan yang lebih kecil).
Setelah menganalisis pernyataan tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa kedua pernyataannya salah.
Kesimpulan
Jadi jawaban yang benar adalah E.
Pelajari Materi Terkait di Pahamify